Dulu saya pernah merasa ingin mati, sebabnya adalah merasa tidak diperhatikan, merasa tidak dibela, sering disalahkan, sering dimarahi, bahkan dipukul.
Bagi seorang anak, diperlakukan tidak adil adalah masalah besar. Kakak melakukan kesalahan dibiarkan, sedangkan adik dituntut patuh dan benar.
Kakak jail dibiarkan, sedangkan adik membalas dimarahi karena "kamu anak kecil gak akan menang melawan kakak!"
Lalu saat adik menangis karena dijaili, disakiti, atau dibully, justru adik yang dimarahi atau dicubit supaya diam. Itulah derita sebagai anak kecil, itulah yang saya alami dulu.
Saya tak pernah menyangka bahwa kemarahan bisa berusia panjang, mengikuti sepanjang waktu dan muncul mesti terus saya tahan.
Tapi saat tak bisa ditahan, si marah bisa keluar meski sebenarnya itu hasil ditahan. Ingin membanting, menendang, memukul, tapi yang keluar hanya membuka baju dengan kasar hingga kancingnya terlepas berserak.
Dulu saat masih kecil, saya bisa dipukuli bila melakukan itu. Saat sudah besar, tak ada yang bisa mencegah, toh saat itu tak ada yang tahu. Saya melampiaskan marah diam-diam.
Tapi kemarahan itu seperti anak harimau, dipendam lama semakin besar akhirnya malah menyeramkan bagi tuannya. Yap, saya pun merinding kalau membayangkan melepas amarah.
Akhirnya saya memilih terapi yang ternyata prosesnya panjang. Saya menikmati sebab inilah takdir saya, inilah masa lalu saya.
Saya tak bisa lari dari kenyataan masa lalu, saya memilih bertanggung jawab atas hidup sendiri dan menyembuhkan luka satu per satu.
Semakin lama, hati semakin lega dan lapang. Semakin mudah untuk fokus, semakin mudah untuk mempertahankan satu imajinasi dalam waktu lama.
Dulu sulit konsentrasi, sulit membayangkan satu hal dalam durasi lama, sebab ada saja kelebatan negatif yang tiba-tiba muncul.
Bisa fokus adalah kekuatan. Ya, saya memiliki kekuatan untuk memfokuskan pada hal yang baik. Satu per satu apa yang diinginkan tercapai. Bukan saya hebat, tapi karena rumus pikiran seperti itu. Saat mampu dibayangkan, maka mudah diwujudkan.
Sekarang saya memiliki beberapa cara untuk menterapi diri, menggabungkan apa yang dibaca dengan pengalaman sendiri. Seperti hooponopono yang ternyata bisa digabungkan atau bahkan digantikan dengan kalimat dzikir.
Semakin kesini semakin paham. Ikhlas dan pasrah adalah tujuan terapi disaat yang sama itu artinya menjadi dekat dengan Allah.
Ini mengoreksi cara terapi dulu yang cenderung "berpisah" dengan Allah seolah-olah tak ada hubungannya. Pantas terapi -saat itu- tidak pernah tuntas.
Ini pun mengoreksi kebiasaan dulu yang dianggap jalan dekat dengan Allah, padahal hati belum ikhlas dan pasrah. Jadinya tetap "berjarak" denganNya.
Akhirnya kita tak bisa mengendalikan waktu, tak bisa mengendalikan orang lain. Mustahil kita kembali ke masa lalu dan memperbaiki cerita hidup seperti yang kita mau.
Seperti mustahilnya bisa memaksa orang lain agar bertingkah sesuai harapan kita. Kenyataannya, semua itu diluar kendali kita.
Saya memilih mencintai diri sendiri, memilih bahagia dan berharga dalam kehidupan ini. Saya memaafkan, saya melepaskan, saya mengikhlaskan semua hal yang sudah berlalu.
Aku mengasihimu, aku menyesal, maafkan aku, terima kasih.
Wallahu'alam.
Ahmad Sofyan Hadi
Penulis Buku Reset Hati Instal Pikiran
Download Free Ebook "Temukan Mentalblock melalui Analisa Tanda Tangan ''
http://guruahmadfauzi.behindsign.com
🏡KELAS AFIRMASI ONLINE
Dengan visi besar "Memutus Rantai Kekerasan dalam Rumah Tangga"
http://guruahmadfauzi.behindsign.com
🏡KELAS AFIRMASI ONLINE
Dengan visi besar "Memutus Rantai Kekerasan dalam Rumah Tangga"
Posting Komentar untuk "MELEPAS MASA LALU"