ADAPTASI DALAM DUA DUNIA


ADAPTASI


t.me/KelasAfirmasiOnline

Langit masih gelap tapi suara orang mengaji sudah terdengar dari masjid. Entah suara marbot yang sedang mengaji, atau sebuah mp3 player dari handphone.

Suaranya merdu, nafasnya tertata, iramanya tetap tidak seperti orang baru bangun tidur. Biasanya suara orang yang bangun tidur berat dulu, apalagi musim hujan begini kadang riak lendir lengket menempel di saluran suara keluar.

Di atas seng tetangga terdengar suara jatuh air satu per satu, tepatnya asbes atau sejenis itu. Ini masih terdengar "sepi" sebab hanya gerimis kecil.

Bila hujan deras, suaranya sangat nyaring mengalahkan suara kami yang sedang bercakap-cakap di dalam kamar.

Dini hari ini saya sangat bersyukur bisa menggerakkan jari jemari di atas layar handphone mengetik setiap huruf merangkai kata menyusun sebuah kalimat yang dipahami.

Dari jari ini, entah sudah berapa banyak kalimat yang tersusun menembus kepala orang-orang, memaksa mereka untuk berubah memperbaiki diri.

Sebab hidup menuntut adaptasi, proses menyesuaikan diri dengan keadaan. Tapi bukan semata-mata ada tantangan yang datang, melainkan karena memutuskan mewujudkan impian.

Impian adalah kehidupan yang baru, kondisi yang baru. Saat kita bergerak menuju impian, hakikatnya adalah kita bergerak menuju hal baru.

Sesuatu yang baru mesti disikapi dengan cara baru. Sebutlah saya ingin makan semangkuk baso, bosan dengan nasi, ikan asin, lalap, sambel.

Maka (cara) makan baso berbeda dengan cara makan nasi sambel. Bila dipaksa sama, makan dengan tangan, nikmatnya berkurang.

Pun hidup saat impian kita terwujud, sebutlah income naik 500%, diperlukan cara hidup baru agar income itu terus bertambah dan terutama berkah.

Gagal adaptasi, gagal mendapatkan kemanfaatan dari kenaikan income itu. Bila dulu income mudah habis, maka kebiasaan yang tak berubah membuat kenaikan income pun akhirnya mudah habis juga.

Jadi masalahnya bukan kapan impiannya terwujud, tapi sudah siapkah bila impian itu benar-benar terwujud?

Sudah siapkah membagikan secara adil jatah sedekah bukan atas dasar gak enak nolak? Sudah siapkah dengan sikap orang terdekat yang iri?

Jangan-jangan, nambah income malah nambah dosa karena bersikap secara keliru? Tapi ingat, bukan mundur ke belakang karena takut dosa, melainkan, persiapkan diri untuk beradaptasi.

Bila menginginkan income suami berubah (bertambah), sudah siapkah dengan penambahan (kualitas) pelayanan kepada suami yang baru pulang kerja?

Lakukanlah sejak sekarang sebagai latihan. Latihan seolah-olah goalsnya sudah terwujud sehingga saat benar-benar terwujud, sudah terbiasa dengan cara hidup baru.

Jangan sampai, income suami bertambah tapi pelayanan kepada suami masih gitu-gitu aja. Ini peluang setan membujuk agar uang dipakai modal mendapatkan pelayanan dengan cara berdosa.

Ini contoh saja ya.

Langit mulai ramai oleh suara adzan dari berbagai penjuru mengajak hamba Allah menyegerakan shalat subuh berjamaah. Atap seng tetangga sudah mulai jarang terdengar air jatuh tanda gerimis mulai reda.

Wallahu'alam
Ahmad Sofyan Hadi

============================

Posting Komentar untuk "ADAPTASI DALAM DUA DUNIA"