Merasa Diuji Tuhan?
Saat kita tak nyaman, pikiran mencari cara agar nyaman. Ini mirip orang yang ketakutan lalu pikiran mencari jalan untuk menjadi aman, misal dengan bersembunyi atau teriak minta tolong.
Dengan kata lain, awalnya adalah perasaan, lalu pikiran "bergerak" menyesuaikan perasaan itu. Sama dengan saat kita merasa tak enak hati hari itu, pikiran melihat iklan orang makan mie instan, lalu berfikir "bisa jadi dengan makan mie instan, perasaan jadi enak."
Kenyataannya kita makan sesuatu bukan hanya karena lapar, tapi dorongan emosi untuk melepas rasa tak nyaman. Maka saat emosi terus menerus tak nyaman, seseorang cenderung banyak makan.
Disinilah masalah itu bermula.
Kualitas makanan bukan pada kandungan nutrisinya tapi pada lidahnya, enak atau tidak. Itu sebabnya banyak orang yang akhirnya mengidap penyakit.
Orang yang memendam rasa marah, bisa jadi melampiaskan ke makanan mie instan tadi, dimana dia tak peduli dengan kandungan garam yang tinggi, termasuk mengabaikan kebutuhan serat dan vitamin. Lalu minum minuman bersoda, tak peduli kandungan gula yang tinggi.
Marah membuat jantung berdegup lebih kencang, mendorong darah mengalir lebih cepat. Sementara kualitas makanan mempengaruhi materi dalam darah dan pembuluh darahnya.
Ada orang yang minum air berenergi, tak lama asam lambungnya naik menekan jantung lalu meninggal. Ada orang yang sedang mandi diketahui meninggal dalam posisi jongkok, diduga pecah pembuluh darah.
Saat seperti itu, kita tak bisa menyalahkan keadaan, sebab kondisi apa pun di hari ini adalah kualitas pilihan kita sebelumnya. Tak ada istilah Allah tiba-tiba menurunkan penyakit pada tubuh seseorang tanpa didahului sebab-sebabnya.
Maksud saya, jangan mengatakan "aku sedang diuji Allah" seolah-olah Allah-lah penyebab masalahnya. Padahal amal-amal, kebiasaan di masa lalu yang telah menumpuk masalah. Tak sadar.
Pernyataan "aku sedang diuji Allah" membuat pikiran disugesti "masalah itu bukan karena aku, tapi karena Allah" sehingga pikiran tidak kreatif cari solusi.
Makanya orang yang percaya sedang diuji Allah, mengalami masalah yang panjang sampai dia sadar dan melepas tuduhannya kepada Allah sebagai pembuat masalah.
Apakah Allah tak pernah menguji?
Allah memang menguji, tapi kepada orang shaleh untuk menguji keshalehannya. Bukan kepada orang yang memendam marah, memendam sedih, memendam sakit hati atau penyesalan.
Kepada kelompok orang terakhir, paling pas adalah Allah memperingatkan agar ikhlas, atau bila diabaikan peringatan itu, ya di azab. Penyakit bisa jadi peringatan itu. Bukan ujian dan semoga bukan azab.
Wallahu'alam
Ahmad Sofyan Hadi
Posting Komentar untuk "Merasa di Uji Tuhan? "